Привет!!!
Sebenernya udah
lama pengen nulis tentang pengalaman selama mengikuti pertukaran pelajar di
Moskow tahun lalu. Namun berhubung aku cukup sibuk karena sempat magang dan
kejar target skripsi plus jurnal biar bisa lulus Feb-2015,
jadi gak sempat deh nulis di blog. Alhamdulillah everything is done now, i
had passed my thesis defense months ago, and Thanks God for the result, i got A J, it’s just like a sweet victory for the
battle that i’ve won after 4,5 years struggling in Faculty of Humanities
Universitas Indonesia.
So, pada
pertengahan 2013, aku dan beberapa orang teman lainnya (Raka, Sally, Chalfin)
terpilih untuk mewakili jurusan program studi Rusia FIB UI untuk mengikuti
pertukaran pelajar ke Moscow State
University(MSU) Rusia selama kurang lebih satu semester. Keberangkatan kita
yang tadinya dijadwalkan bulan September 2013, harus ditunda karena ada
kesalahan teknis sehingga kami harus menunggu tahun depan untuk berangkat ke
Rusia. Berkat kegigihan dalam mengurus segala keperluan administrasi dan bolak
balik ke kantor International Office
UI untuk menanyakan masalah konfirmasi ataupun invitation dari pihak MSU,
akhirnya kami mendapat kepastian yang jelas mengenai keberangkatan ke Moskow yang
dijadwalkan pada awal Februari 2014. Kenapa berangkatnya baru bulan Februari
2014, sedangkan kami sudah mengurus segala prosedur administrasi semenjak
pertengahan tahun 2013? Hal ini selain disebabkan karena adanya misscom antara pihak kami dan pihak
sana, faktor lainnya adalah karena birokrasi di Rusia cukup rumit, mereka
sangat prosedural, dan bahkan invitation keberangkatan kami pun baru dikirimkan
pada bulan Januari 2014, sementara segala administrasi sudah diurus sejak bulan
Juni 2013.
Aku dan dua
orang teman lainnya (Sally dan Chalfin) berangkat ke Rusia pada tanggal 4
Februari 2014, sedangkan Raka berangkat seminggu lebih telat dikarenakan
invitation-nya yang juga telat sampai ke Indonesia. Dari Jakarta, pesawat yang
kami tumpangi take off pukul 1
dinihari lalu transit di Abu Dhabi dan sampai di Domodedovo Moscow pada pukul 2
siang atau 5 sore WIB. Saat itu, our first
impression was “WOW Rusia dingin bangeeeeeet!” Yuppp karena saat itu adalah
winter, we totally acted like Indonesian :D dimana-mana putih, dan aku pun
amat sangat takjub b’cos i
saw the snow for the very first time. Pas nyampe di Bandara sempat
foto-foto bentar, dan langsung masang peralatan tempur (winter coat, boots,
kupluk, dan sarung tangan yang semuanya dibeli di Jakarta) and fyi hampir semua winter
collections yang kita beli di Jakarta kurang cukup menghangatkan tubuh,
karena musim dingin di Moskow emang parah banget dinginnya, sekedar saran kalau
mau ke Rusia berdasarkan pengalaman pribadi, sebaiknya dari sini beli satu
dulu aja baik itu coat atau pun boots, karena lebih baik untuk beli coat,
boots, dll langsung disana, b’cos they
design those stuffs for such weather, and no need to ask for the quality J.
Di bandara
Domodedovo, kami dijemput oleh seorang mahasiswa Sastra Indonesia Institut Asia
Afrika MSU yang bernama Timur (saat ini dia juga sedang menjalani pertukaran
pelajar di UI). Timur mengantar kami ke asrama MSU, dan juga membantu kami
mengurus segala keperluan administrasi asrama yang amat sangat rempong dan membutuhkan kesabaran ekstra.Kami
ditempatkan di Сектор Д/Sektor D yang
mayoritas penghuninya merupakan mahasiswa yang berasal dari Rusia, sedangkan
biasanya para mahasiswa pertukaran pelajar ditempatkan di Сектор В/Sektor V.
Minggu pertama
di Moskow, kami habiskan untuk berjalan-jalan di sekitar Красная Площадь/krasnaja ploščad’/Red Square yang terdapat di pusat kota.
Di Red Square sendiri terdapat beberapa museum
diantaranya; Museum Sejarah, Museum Revolusi, Saint Basil, dan juga terdapat
pusat perbelanjaan terbesar di Moskow yaitu ГУМ/Glavnij Universalnij Magazin/Pusat
Perbelanjaan Utama, selain itu juga terdapat Мавзолей Ленина/Mavzolej Lenina/Mausoleum Lenin dimana kita bisa
menyaksikan secara langsung jasad Lenin yang telah dimumikan, tidak jauh dari
sana berdiri sebuah bangunan megah berwarna kuning, yaitu Кремль/Kreml’/Kremlin yang di dalamnya terdapat pusat pemerintahan
Rusia.
Walkin’ around
Moscow City
Setelah kurang
lebih dua minggu di Moskow, akhirnya kami ditempatkan di beberapa grup berbeda yang
telah ditentukan setelah mengikuti placement
test di Fakultas Filologi MSU. Chalfin dan Sally belajar di grup yang sama
yaitu grup 2Б/2B, sedangkan aku dan Raka tergabung dalam grup 7Б, di kelas kami
hanya terdapat sekitar 7-10 orang mahasiswa yang semuanya berasal dari Asia (di
Fakultas kami, mahasiswa asing yang mempelajari bahasa Rusia dikelompokkan
berdasarkan asal negara mereka, aku gak tau pasti mengenai sistem pembelajaran
di Rusia, tapi sejauh yang aku tangkap sih
semua mahasiswa yang berasal dari Asia diajarkan di grup yang terpisah dari
mahasiswa yang berasal dari Eropa maupun Amerika, namun untuk mata kuliah
eksternal seperti kelas kebudayaan, bahasa jurnalis, sejarah, dll, semua
mahasiswa dari berbagai negara dapat belajar di dalam satu grup yang sama).
Suasana di kelas
Sistem
pengajaran bahasa di Fakultas filologi MSU cukup berbeda dari yang kami
dapatkan di FIB UI. Pada bulan-bulan pertama kuliah, kami cukup keteteran
karena dosen kami mengajar terlalu cepat, kami yang sebelumnya diajarkan oleh
dosen asli Indonesia menjadi sangat canggung ketika diajarkan oleh dosen-dosen
Rusia yang notabene-nya merupakan native dan berbicara sangat fasih
disertai aksen Rusia yang benar. Berhubung dosen kami menganggap bahwa kami
sudah cukup baik mendalami basic bahasa
Rusia, maka dari itu selama proses belajar mengajar berlangsung tidak
dibenarkan untuk menggunakan bahasa lain selain bahasa Rusia, sekalipun
pertanyaan yang diajukan oleh dosen sangat susah jangan sekali-kali bilang “i don’t understand” karena itu akan
membuat dosen menjadi cukup gusar, dan jawaban я не знаю/ja ne znaju/saya tidak tahu juga tidak disarankan untuk
menjawab pertanyaan dosen, karena pada dasarnya orang Rusia sangat menghargai
pendapat kita sekalipun apa yang kita sampaikan belum tentu benar, dengan
menjawab pertanyaan mereka menggunakan bahasa Rusia, meskipun jawaban yang kita
sampaikan cukup ngelantur, mereka akan mencoba memahaminya dengan baik dan
berusaha untuk meluruskan apa yang ingin kita sampaikan.
Hal ini tidak hanya
berlaku di lingkungan perkuliahan saja, tetapi juga berlaku pada situasi
sehari-hari, terutama ketika mengurus segala kepentingan administrasi. Orang
Rusia terkenal dengan wataknya yang cukup keras dan tidak lemah lembut seperti
orang Indonesia pada umumnya, selama disana kami mengalami beberapa moment “digalakin sama orang Rusia” yang
kadang bikin sedih juga sih, beberapa moment yang bikin kesel diantaranya:
· Ketika
kami harus mengurus perpanjangan Visa, kira-kira dialognya seperti ini:
TKP (semacam
divisi Rektorat yang khusus menangani masalah imigrasi mahasiswa asing)
A: Permisi, kami
mau ngurus perpanjangan visa JJJ
B: Dari negara
mana?
A: Indonesia
B: Indonesia ngurusnya
di ruangan sebelah
A: Terimakasih
(langsung mampir ke ruangan sebelah)
A: Permisi, kami
mau ngurus perpanjangan visa
C: Negara mana?
A: Indonesia
C: Indonesia
ngurusnya di ruangan sebelah
A: (bisik-bisik
sama temen-temen yang lain, lah kenapa kita dioper-oper gini :/)
C: Eh tunggu bentar
deh saya cek dulu (ngecek semacam list gitu).
Iya deh Indonesia ngurusnya disini
Bahkan pas kita
ngurusin semuanya itu, mereka sama sekali gak ada yang senyum, padahal kita
udah cengar cengir biar mereka senyum balik J
· Kalau
belanja di minimarket asrama jangan kebanyakan milih soalnya kasirnya pada
rewel nanya “mau beli apa” dan bahkan salah naruh duit atau salah bayar pun
juga dimarahin
A: (ngambil minuman trus bayar di salah
satu kassa)
B: ngapain kamu
bayar disini, ini tuh kassa khusus buah dan sayuran, kalau minuman kassanya di
sebelah sana!
A: (hanya bisa
diam L)
· Kejadian
lainnya di mini market asrama
A: Bu mau beli
telor, harganya berapa?
B: 50 rubel
A: ini Bu
uangnya (ngasih uang ke tangan si Ibu kasir)
B: (ngambil
uangnya) hey devushka (sebutan untuk perempuan), kalau bayar naruh uangnya disini nih (sambil nunjuk tatakan kecil
khusus buat naruh uang di atas meja)
A: baik Bu,
makasih
Awalnya kami
cukup tidak terbiasa dengan perlakuan orang Rusia yang terkesan kurang ramah
terhadap orang asing, tapi setelah berbulan-bulan di Rusia, kami menjadi sangat
terbiasa dan merasa cukup nyaman, meskipun terkadang ada aja yang bikin pengen
cepet pulang ke Indonesia (misalnya karena musim dinginnya yang kelamaan, karena
mulai ngerasa gak betah, karena kangen masakan mama, kangen orang rumah, kangen
sahabat, kangen sholat tepat waktu, kangen denger suara azan, kangen Indomie,
kangen bakso, kangen sambel, dll).
Tinggal di
asrama membuat kami menjadi lebih dalam mengenal karakter orang-orang Rusia.
Kebetulan aku tinggal bersebelahan dengan mahasiswi Rusia bernama Olya, dia
sangat ramah dan sopan, bahkan ketika ngeliat aku lagi gak enak badan, dia
langsung memberi obat dan menawarkan jasa untuk membelikan obat apa aja yang
aku butuhkan, ketika pertama kali sharing bareng
Olya, dia bilang “kami (orang Rusia) memang tidak ramah, kami terkesan kasar,
tapi kami bersedia membantu kalau kalian membutuhkan pertolongan”, salah
seorang teman aku (Viktor) yang juga orang Rusia dan pernah tinggal di Bali bilang “kami memang berbeda dari kalian (orang Indonesia), tapi
kalian akan mengetahui kami dari sisi baik yang kami miliki)”, well mereka memang benar, meskipun pada
awalnya kami merasa bahwa orang Rusia itu kasar tapi lama kelamaan kami menjadi
terbiasa dan menganggap bahwa sifat yang mereka (yang kami simpulkan
terkesan keras dan kasar) memang sifat lahiriah yang mereka miliki, pada
dasarnya mereka juga friendly dan
memiliki solidaritas yang cukup tinggi, hal ini kami alami secara langsung
terutama dari perlakuan dosen, teman asrama, dan teman Rusia lainnya.
Selama tinggal
di Moskow kurang lebih lima bulan, tentunya tidak sedikit kendala yang kami
hadapi. Kendala yang paling utama selain cuaca, tak lain tak bukan adalah
masalah selera. Sebagai orang Indonesia yang berdarah minang, aku paling gak
bisa makan tanpa sambalado (sambal
dalam bahasa minang). Selama di Moskow, i
was dying b’cos they have nothing spicy, hehe. Sebenernya di Supermarket
banyak sih dijual saos sambal berbagai merk, dan kami pun udah nyobain beberapa
produk sambal yang di kemasannya tertera kata острый/ostrij/pedas, tapi
semua produk yang udah kami coba gak ada satu pun yang pedas melainkan sedikit
asam karena kebanyakan tomatnya. Untuk masalah makanan sehari-hari pun
sebenarnya tidak begitu banyak masalah, hanya saja pengeluaran untuk makan
harus diatur sehemat mungkin biar kantong gak bocor, karena harga makanan di
Moskow bisa 3-4 kali harga makanan di Depok, untuk menghemat budget kami berempat membiasakan diri
untuk masak tiap hari, karna kalau makan di kantin asrama 3 kali sehari
bisa-bisa duit yang ditransfer orang tua ludes dalam seminggu. Harga makanan di
kantin bagi kami cukup mahal, karena kalau biasanya makan di kansas FIB dengan 10 ribu udah dapat
nasi, sayur, dan lauk, sedangkan di kantin asrama MSU uang 200 rubel/kira-kira
kalau dirupiahin jadi 60 ribu lebih (pas kami di Moskow awal-pertengahan 2014
lalu, harga 1 rubel kalau dirupiahin masih sekitar 300-350 rupiah) cuma dapat
kentang sama ikan fillet, kalau mau makan yang lebih bervariasi seperti salad,
daging/ayam, nasi/spaghetti, dan sop, semuanya bisa ngabisin 300-400 rubel
(kalau dirupiahin 100 ribu lebih), maka dari itu makan di kantin cuma bisa
maksimal sekali sehari, sedangkan untuk di kamar, biasanya aku masak makanan
yang simpel kaya telor, sarden, mie instan, kentang, atau spaghetti, dan
untungnya Sally bawa rice cooker dari rumah, jadinya kita bisa masak nasi kapan
pun J,
untuk di kamar sendiri harus sedia cemilan biar gak laper, karena kalau cuaca
lagi dingin bawaanya pengen makan mulu, makanya di kamar musti sedia buah atau
roti. Biasanya kami makan di luar kalau hanya sedang jalan-jalan saja, karena
otomatis kalau sedang diluar sangat banyak restoran yang bisa dikunjungi,
selain KFC tempat makan favorit kami adalah Муму/mumu yang menjual makanan asli
Rusia, untuk sekali makan biasanya kami hanya menghabiskan 200-300 rubel (nasi,
lauk, dan minuman), selain itu tempat makan yang juga sering kami kunjungi
terutama ketika sedang kangen sama masakan Indonesia adalah Restoran Vietnam
yang bernama Nem’s, hampir semua menu yang dijual memiliki cita rasa yang cukup
mirip dengan masakan Indonesia, harga makanan di Nem’s tidak jauh beda dengan
harga makanan di kantin MSU, yakni berkisar 200-400 rubel.
Картошка с тефтелями/kartoska s tefteljami/kentang dan daging (sejenis bakso). (Salah satu menu yang paling aku suka di kantin MSU)
Kalau yang ini
lupa namanya apa, kita pernah makan ini beberapa kali di Nem’s, kayanya sih
sejenis soto Lamongan ;)
Nah ini adalah
makanan khas Uzbekistan yang bernama Uzbekskij Plov, rasanya enak bangeeeeet, waktu
itu aku, Raka, dan dua orang teman dari Jepang makan Plov ini di Restoran
Uzbek yang bernuansa timur tengah gitu
Pada minggu-minggu
pertama di Moskow, kami punya cukup banyak persediaan bekal yang dibawa dari Indonesia,
seperti indomie, bon cabe, cemilan, dan makanan lainnya, namun sayangnya bekal
yang menjadi penyelamat itu tidak bertahan lama, hehe, bahkan indomie yang aku
targetin bisa bertahan at least sampai
akhir maret pun hanya mampu bertahan sampai bulan februari saja, but di Moskow we are not alone, masih ada perkumpulan orang Indonesia lainnya
yakni mahasiswa Indonesia yang kuliah di Moskow, serta staf diplomat Indonesia
yang bekerja di Moskow. Sekali dua minggu atau bahkan sekali sebulan kami
selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kedubes dengan tujuan utama kantin
untuk melepas rasa kangen sama masakan Indonesia. Biasanya kami main ke kedubes
tiap hari Jumat, karna kalo Jumat Chalfin soljum di Masjid yang terletak di
dekat kedutaan, biasanya habis Chalfin sholat, aku dan teman yang lain nungguin
di kantin asrama, trus makan siang bareng deh,
selain makan siang biasanya kami juga ngobrol-ngobrol sama bapak-ibuk yang
bekerja di Kedutaan. Di kantin asrama, ada banyak banget pilihan makanan, mulai
dari bakso, soto, siomay, rendang, gorengan, indomie, dan banyak lagi, sekali
makan biasanya ngabisin 150-200an rubel(50-70 ribu) itu kalo makannya pakai
nasi plus sayur dan lauk, sedangkan kalau cuma makan bakso, soto atau siomay,
hanya dikenakan 100 rubel saja (kira-kira 30 ribu rupiah).
Salah satu hal
yang bikin pengen balik lagi ke Moskow adalah taman-taman indah yang jumlahnya
cukup banyak. Selain ditumbuhi oleh bunga-bunga nan indah dan mekar, semua
taman di Rusia tidak dipungut biaya masuk dan juga terdapat berbagai fasilitas,
seperti; taman bermain anak-anak, lapangan bola, lapangan voli, lapangan
basket, dan sarana olahraga lainnya.
Сокольники Парк/Sokol’niki
Park/Taman Sokolniki
Музеон/Muzeon
Парк ВДНХ/Park VDNX
МонументПокорителямКосмоса/Monument
Pokoriteljam Kosmosa/Monument to the Conquerors of Space
Царицино/Tsaritsino/Kampung Tsar
Well, pengalaman selama kurang lebih satu semester di Moskow,
walaupun terhitung cukup sebentar tapi gak akan habis kalo diceritain. Satu
kata buat Moskow: Супер/Super!!!
Кто в Москве не бывал, тот и красоты не видал/Kto v Moskve ne vidal, tot i krasoty ne vidal/Siapa yang tidak
pernah berada di Moskow, ia tidak pernah melihat keindahan.
Кто в Москве побывал, тот всю Русь
повидал/Kto v Moskve pobyval, tot vsju Rus’
povidal/Siapa yang pernah berada di Moskow, ia telah melihat seluruh penjuru
Rusia.
Nah yg jadi pertanyaan , kalo udah jadi pertukaran mahasiswa di Rusia , pelajaran nya susah atau gimana
BalasHapusengga susah sih, memang bahasa Inggris sama sekali ga akan kepake disana, otomatis mau ga mau musti bahasa Rusia, tapi dibawa fun aja, karna dosen nya memang udah pro buat ajarin foreigner, ditambah kita bisa ambil kelas tambahan seperti; kebudayaan, politik, jurnalistik dll
Hapus